Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sebagai individu. Atau bisa dikatakan juga bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda.
Jika kita melihat kasus Pak Darso di atas, bukan berarti Pak Darso harus mengajar dengan 28 cara yang berbeda untuk mengajar 28 murid. Bukan pula Pak Darso harus memperbanyak soal untuk peserta didik yang lebih cepat mengerjakannya. Bukan pula Pak Darso harus mengelompokan yang pintar dengan yang pintar dan yang lambat dengan yang lambat. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda pada setiap anak. Bukan pula pembelajaran yang semrawut, dimana guru harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus lari kesana kemari untuk mengajari anak satu dengan yang lainnya dalam waktu yang bersamaan. Guru bukanlah makhluk ajaib yang harus kesana kemari berada dalam tempat yang berbeda dalam satu waktu untuk membantu banyak peserta didik dalam satu waktu bersamaan dan memecahkan semua permasalahan. Lantas seperti apa sebetulnya pembelajaran berdiferensiasi itu?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang” peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.Jika kita mengacu ke kasus Pak Darso di atas, maka keputusannya untuk memberikan soal tambahan, dengan jenis soal yang tetap sama serta tingkat kesulitan yang juga sama, kepada tiga murid yang selesai terlebih dahulu, belum dapat dikatakan sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan diberikannya soal tadi adalah agar tiga murid tersebut ada ‘pekerjaan’ sehingga tidak mengganggu murid yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Oleh karena itu, Pak Darso perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar peserta didiknya, termasuk ketiga peserta didik tersebut.Ciri-ciri dari Pembelajaran Berdiferensiasi
Nah, lantas apa sajakah ciri-ciri dari pembelajaran berdiferensiasi ini? Mari kita lihat!
Menurut Tomlinson (2001): pembelajaran berdiferensiasi memiliki empat ciri, yaitu:
- Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Harus berfokus pada kompetensi dasar pembelajaran.
- Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar peserta didik diakomodasi ke dalam kurikulum; Di sini perlu adanya pemetaan kebutuhan peserta didik kemudian dimasukan kedalam strategi pembelajaran.
- Pengelompokan peserta didik dilakukan secara fleksibel; misalnya, bisa secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok berdasarkan modalitas belajar, dll.
- Siswa secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru. Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat kepada siswa.
Apakah Anda sudah mengerti definisi dan ciri-ciri dari pembelajaran berdiferensiasi? Jika belum, silahkan baca ulang kembali. Jika sudah memahami, mari kita lanjutkan untuk mempelajari pemetaan kebutuhan siswa.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram pemahaman pembelajaran diferensiasi berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar